A.
Pengertian
Pandangan Hidup
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan
hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara
selektif oleh para individu dan golongan didalam masyarakat. Pandangan hidup
terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan menurut Manuel
Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorang
pun hidup tanpa pandangan hidup meskipun
tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra dari seseorang
karena pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.
Apa
yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup karena dipengaruhi oleh
pola berfikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan sesuatu itu pandangan
hidup, sebab dapat pula hanya suatu idealisasi belaka yang mengikuti kebiasaan
berfikir yang sedang berlangsung di dalam masyarakat. Setiap Bangsa, Negara
maupun manusia yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan
pandangan hidup yang jelas, suatu Bangsa, Negara maupun manusia akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam
gerak masyarakat yang semakin maju. Berpedoman pada pandangan hidup itu pula
seseorang akan mampu membangun dirinya.
Pandangan hidup cendrung diikat oleh
nilai-nilai sehingga berfungsi sebagai pelengkap dalam pembuatan, pembenaran
atau rasionalisasi nilai-nilai. Pandangan hidup memberi pandangan pada nilai-nilai
yang dimilikinya sendiri baik Bangsa, Negara maupun manusia yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekat untuk mewujudkannya.
Setiap
orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang
paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang
berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya,
apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal
yang bersifat negatif.
Disinilah
peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan
pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini,
seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila
menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang
dihadapinya.
Biasanya
orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung
kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta
kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa
pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor,
antara lain :
- Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
- Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
- Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
- Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
- Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
B.
Cita-Cita
Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu
tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak
dapat melepas diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu. Orang tua
selalu menimang-nimang anaknya sejak masih bayi agar menjadi dokter, insinyur,
dan sebagainya. Ini berarti bahwa sejak anaknya lahir, bahkan sejak dalam
kandungan, orang tua telah berangan-angan agar anaknya itu mempunyai jabatan
atau profesi yang biasanya tak tercapai oleh orang tuanya.
Selain dari itu, pada setiap
kelahiran bayi, do’a yang di ucapkan oleh keluarga atau handai taulan biasanya
berbunyi : “ Semoga kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, agama,
dan berbakti kepada orang tua.
Karena itu wajarlah apabila
cita-cita, kebajikan, dan pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak
ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap
hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu
berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Cita-cita itu perasaan hati yang
merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita sering kali diartikan
sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat atau harapan. Cita-cita itu
penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.
C.
Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan
pada hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya
manusia itu baik dan makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia
cenderung berbuat baik.
Jadi, kebajikan itu adalah
perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan Hukum
Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku
baik, ramah-tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang
bagi yang melihatnya.
Namun ada pula kebajikan semu,
yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat
berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik yang bermaksud mencari
keuntungan diri sendiri.
D. MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Menurut Drijarko
S. J. Mengatakan bahwa manusia itu serba terhubung dengan dunia jasmani
sekitarnya, terhubung erat dengan masyarakat dan akhirnya manusia itu
tergantung seluruhnya pada yang ada, yang mutlak, yaitu Tuhan.
Pandangan hidup
adalah Filsafat hidup. Sesuai dengan arti filsafat yaitu cinta akan kebenaran
tentulah bentuk kebenaran yang akan dicapai kebenaran yang dapat diterima oleh
siapa saja.
Kesadaran akan kelemahan dirinya
memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia
berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya,
baik yang fisik maupun yang non fisik, seperti penyakit, bencana alam,
kegelisahan, ketakutan.
Banyak orang yang pandangan hidupnya
didasari pandangan-pandangan hidup untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya;
pada waktu mudanya, tetapi disaat-saat mendekati kematiannya mulai berbuat
seperti orang-orang yang hidup beragama.
Jadi pandangan hidup merupakan
keseluruhan garis dan kecendrungan jalan-jalan dan nilai-nilai yang akan
dicapaiuntuk landasan semua dimensi kehidupan. Dengan demikian bahwa pandangan
hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya manusia tidak
memahami dan menyadarinya, sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu agama
semata-mata atau sadar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya
pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya, atau sering dikenal dengan agama
KTP. Padahal urusan agama adalah urusan akal, seperti dikatakan oleh Nabi Muhammad
SAW: “Agama adalah akl, tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal”.
Maksud Nabi Muhammad SAW
tersebut adalah agar manusia dalam memilih suatu agama benar-benar berdasarkan
pertimbangan akalnya, dan bukan semata-mata karena asas keturunan. Hal ini di
tegaskan dalam firman Allah SWT, surat Al-Baqarah ayat 236 yang artinya: “Tidak
ada paksan untuk memasuki suatu agama, sesungguhnya telah jelas antara jalan
(agama) yang benar dan jalan (agama) yang salah”.
Dalam firman Allah SWT itu
tersirat bahwa betapa Dia menghargai akal manusia. Dia hanya menawarkan atau
mendorongkan ini yang baik dan ini yang buruk. Akhir keputusan terserah kepada
manusia, sebab manusia mempunyai akal. Dan Allah SWT telah berfirman dalam
surat Ali Imran ayat 19 yang artinya: ”Agama yang benar bagi Allah itu
hanyalah Islam”. Namun agama apa yang akan dipilih oleh manusia sebagai
sandaran hidupnya, diserahkan hidupnya kepada manusia itu sendiri.
Pandangan hidup ternyata sangat
penting, baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah
sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus
betul-betul berdasarkan pilihan akal, bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Pandangan hidup berbeda dengan
cita-cita. Cita-cita misalnya:
Ø Ingin
punya istri cantik, terpelajar tapi setia
Ø Ingin
punya suami tinggi, tampan (simpatik), pilot dan setia
Ø Ingin
jadi insinyur, doktor, atau pilot
Ø Ingit
hidup selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun
Sedangkan pandangan hidup:
Ø Hidup
bahagia, sejahtera
Ø Hidup
sejahtera, penuh kebahagiaan dan cinta kasih
Ø Hidup
panjang umur untuk sanad kerabat dan dirinya serta bahagia, penuh cinta kasih
Contoh kasus : Mungkin
sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdikan diri pada suatu
pandangan hidup lalu ada orang lain yang mengganggu dan atau
mayalahkannya tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk
mengadakan perlawanan. Hal ini karena kemungkinan merasakan
bahwa dalam berpandangan hidup itu dia telah mengikuti
langkah-langkah sebelumnya dan langkah-langkah yang ditempuhnya itu telah
dibuktikan kebenarannya sehingga akibatnya bila ada orang lain yang
mengganggunya rnaka dia pasti akan mengadakan suatu respon entah respon itu
berwujud tindakan atau lainnya.
analisisnya
seorang
yang beragama Islam dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnya,lalu
suatu ketika dia dicela baik secara langsung ataupun
secara tidak langsung, maka jelas dia tidak
menerima celaan itu. Bahkan bila ada orang yang
ingin merusak atau bahkan ingin memusnahkan
agama Islam baik terang-terangan ataupun
secara diam-diam, sudah tentu dan sudah
selayaknya kita mengadakan tindakan terhadap
segala sesuatu yang menjadi pengganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar